Ayah dan ibu telah menikah lebih 30 tahun, dan Michael sama sekali tidak pernah melihat mereka bertengkar. Dalam hati Michael, perkawinan ayah dan ibu ini selalu menjadi teladan baginya. Michael juga selalu berusaha keras agar dia bisa menjadi pria dan suami yang baik seperti ayahnya. Namun, harapan tinggallah harapan, sementara penerapannya sangatlah sulit. Tidak lama setelah menikah, dia dan istrinya mulai sering bertengkar hanya karena hal-hal kecil dalam rumah tangga.
Malam minggu ketika pulang ke kampung halaman, Michael tidak kuasa menahan diri hingga menuturkan segala keluhan tersebut pada ayah. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, ayah mendengarkan segala keluhan Michael. Setelah itu beliau berdiri dan masuk ke rumah. Tak lama kemudian, ayah mengusung keluar belasan buku catatan dan ditumpuknya begitu saja di hadapan Michael. Sebagian besar halaman buku tersebut telah menguning, kelihatannya buku-buku tersebut telah disimpan selama puluhan tahun.
Ayah Michael tidak banyak mengenyam pendidikan, apa bisa beliau menulis buku harian? Dengan penuh rasa ingin tahu dia mengambil salah satu buku itu. Tulisannya adalah tulisan tangan ayah, agak miring dan sangat aneh, ada yang sangat jelas, ada juga yang semrawut, bahkan ada yang tulisannya sampai menembus bebertapa halaman kertas. Michael segera tertarik dengan hal tersebut. Mulailah Michael baca halaman demi halaman buku itu dengan seksama.
Semuanya merupakan catatan hal-hal sepele, “Suhu udara mulai berubah menjadi dingin, ia sudah mulai merajut baju wol untukku. Anak-anak terlalu berisik, untung ada dia.” Sedikit demi sedikit tercatat. Semua itu adalah catatan berbagai macam kebaikan dan cinta ibu kepada ayah, cinta ibu kepada anak-anak dan keluarga. Dalam sekejap Michael sudah membaca habis beberapa buku. Arus hangat mengalir dalam hatinya. Matanya berlinang air mata. Michael mengangkat kepala, dengan penuh rasa haru dia berkata pada ayah, “Ayah, saya sangat mengagumi ayah dan ibu.” Ayah menggelengkan kepalanya dan berkata, “Tidak perlu kagum, kamu juga bisa.”
Ayah berkata lagi, “Menjadi suami istri selama puluhan tahun lamanya, tidak mungkin sama sekali tidak terjadi pertengkaran dan benturan? Intinya adalah harus bisa belajar saling pengertian dan toleran. Setiap orang memiliki masa emosional. Ibumu terkadang kalau sedang kesal, juga suka mencari gara-gara, melampiaskan kemarahannya pada ayah, mengomel. Waktu itu ayah bersembunyi di depan rumah. Dalam buku catatan, ayah tuliskan segala hal yang telah ibumu lakukan demi rumah tangga ini. Sering kali dalam hati ayah penuh dengan amarah waktu menulis kertasnya dan sampai sobek akibat tembus oleh pena. Tapi, ayah masih saja terus menulis satu demi satu kebaikannya. Ayah renungkan bolak-balik dan akhirnya emosi itu tidak ada lagi, yang tinggal semuanya adalah kebaikan dari ibumu.”
Dengan terpesona MIchael mendengarkannya. Lalu dia bertanya pada ayah, “Ayah, apakah ibu pernah melihat catatan ini?” Ayah hanya tertawa dan berkata, “Ibumu juga memiliki buku catatan. Buku catatannya berisi kebaikan diriku. Kadang kala malam hari, menjelang tidur, kami saling bertukar buku catatan, dan saling menertawakan pihak lain. Ha...ha...ha...” Saat memandang wajah ayah yang dipenuhi senyuman dan setumpuk buku catatan di atas meja, tiba-tiba saya sadar akan rahasia pernikahan, “Cinta itu sebenarnya sangat sederhana, ingat dan catat kebaikan pasangan. Lupakan segala kesalahan dari pihak lain.”
Inspirasi
Untuk direnungkan : Apakah anda berencana menikah? Hidup pernikahan tidak selalu indah. Andalah yang membuatnya indah.
Apakah anda sudah menikah? Mana yang lebih banyak anda lakukan, mencatat kebaikan pasangan atau keburukannya? Pilihlah kebaikan!
Untuk dilakukan : “Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib.”
Jika anda kesulitan untuk memuji orang lain, jangan-jangan anda pun jarang sekali mendapat pujian. Lihatlah hal-hal positif atau kebaikan orang lain apa lagi pasangan kita! Karena dengan berbuat demikian maka, hubungan kita akan lebih langgeng, mengurangi prejudis, pikiran negatif yang dapat merusak hubungan dengan orang lain terlebih pasangan. Hidup ini hanya sekali kita jalani, buatlah itu indah karena bilamana keharmonisan terbentuk dalam rumah tangga! Maka itu kita akan bawah sampai ke dalam surga. Mulailah sekarang memberikan pujian, kepada pasangan kita niscaya kelak kita akan tuai hasilnya yaitu menjadi pasangan yang harmonis didunia sampai keakhirat. Tumbuhkan rasa toleransi dan pupuklah selalu komunikasi yang baik dengan demikian dunia akan tersenyum melihat anda. Memang susah dilakukan ... tapi setidaknya ... Cobalah ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar